6.06.2008

Ketika Namaku Disebut

Beberapa Hari yang lalu suamiku berjanji mengantarku ke arisan, tapi dia pulang kerumah setelah aku menunggu tiga jam, make up Ku sudah cemot sana-cemot sini, dia minta maaf karena mengantar salah seorang anak buahnya kerumah sakit karena tiba-tiba pingsan dikantor.

Dan Hari ini kejadian itu terulang lagi, padahal tadi pagi sebelum dia berangkat kerja, aku sudah mengingatkan bahwa nanti sore aku mau ke tempat Mama Dan dia menyanggupi Dan berjanji akan pulang lebih awal.

Aku sama sekali tidak menyangka, kalo sore ini dia kembali membatalkan janji mengantarku ke rumah Mama!! Karena pikirku, dia begitu menyayangi Dan menghargai orang tuaku jadi sudah pasti dia akan mengutamakan jadwal kami sore ini tapi ternyata aku salah, dia lebih memilih mengantar anak buahnya kerumah sakit.

Sambil menangis, aku menelphone mama dan minta maaf tidak bisa datang, karena Mas Beno baru pulang jam 8 malam. Aku sedikit lega karena nada suara mama tidak menunjukkan rasa kekecewaan tapi dia justru memuji Mas Beno yang begitu baik memperhatikan dan menolong anak buahnya. [sebel ngak sih .. . ..]

Aku berharap Mas Beno merayuku atau setidaknya menenangkanku dan meminta maaf kalau dia ingkar janji, tapi kupikir sia-sia aku berharap dia merayuku dan yang dia lakukan hanya diam, tapi sebelum saat teduh dia memegang tanganku dan minta maaf karena sudah mengecewakanku. [suamiku, selalu punya waktu untuk komunikasi dengan Tuhan, di awal pernikahan sesekali aku ikut itupun kalau aku lagi mood, dan kenyataannya aku lebih sering tidak mood. Tak pernah sekalipun aku mendengar dia mengomel dengan kemalasanku ini, dia paling hanya berkata padaku sambil tersenyum,"papa sabar menanti Tuhan mengetuk pintu hati mama", dan aku pura-pura tidak dengar apa yang dia katakan].

Benar apa kata mama, Seharusnya aku bangga memiliki suami yang baik dan perhatian seperti Mas Beno tapi sering kali aku jengkel karena dia tega mengorbankan rencanaku untuk membantu orang lain.

Rumah yang kami miliki cukup besar, dan kami punya kamar khusus untuk DOA, Mas Beno menyebutnya Mezbah Doa. Setiap Sabtu pagi, sekitar jam 4:00 subuh Mas Beno masuk ke Mezbah Doa dan baru keluar setelah jam 6:00 pagi, aku bingung selama DUA jam, kira-kira apa saja yang dia doakannya!! Buat aku pribadi, boro-boro dua jam, untuk DOA 10 menit saja aku sudah kehabisan kata-kata untuk berdoa.

Dan setelah DOA, dia selalu mengantarku ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur selama satu minggu, tapi saat waktu sudah menunjukkan pukul 6:30 belum ada tanda-tanda bahwa ritual yang mas Beno lakukan selesai.

Aku belum mampu melupakan kejadian tadi malam, dengan sedikit menahan marah aku mendatanginya di kamar di mana mas Beno berdoa, saat tanganku siap-siap membuka pintu kamar, langkahku tertahan!! Aku mendengar mas Beno MENANGIS!! Sayup-sayup aku mendengar namaku disebut di doanya dan apa yang dia ucapkan dalam doanya membuat kakiku tak mampu menahan tubuhku untuk tetap berdiri aku terduduk lemas, air mataku mengalir dan tak mampu untuk berkata sepatah katapun.

Dalam doanya aku dengar dia berkata :
"Tuhan Yesus, terimakasih sudah mempertemukanku dan mengikatku dalam pernikahan kudus bersama Icha, dia adalah wanita terbaik yang Engkau ijinkan untuk mendampingiku untuk menopangku dalam suka dan duka, seorang wanita yang tidak hanya cantik secara phisik tapi juga memiliki hati yang luar biasa yang begitu mencintaiku dan mengasihiku" Ajar aku Yesus untuk menjadi suami yang baik bagi dia, bertanggung jawab ! Sesuai dengan janjiku dihadapan jemaat dan khususnya padaMu saat kami diberkati di Rumah Tuhan."

Dan setelah mengucapkan DOA itu, aku dengar dia menangis sepertinya mas Beno tak mampu lagi mengucapkan sepatah katapun juga.

Aku berlari kekamar Dan mengunci diri, oh .. . .Tuhan Yesus, istri macam apa aku ini, selama ini aku terlalu egois dan terlalu banyak menuntut.

Emang benar dia beberapa kali membatalkan janjinya untuk menemaniku arisan, shopping atau kerumah mama dan lebih memilih membantu orang-orang disekitarnya, tapi bukankah dia lebih dulu menelphoneku untuk menyampaikan bahwa dia tidak bisa mengantarku tapi dia akan usahakan untuk menjemputku.

Dan kenapa aku harus egois dengan berharap dia yang selalu memperhatikanku, bukankah aku bisa naik taxi ketempat mama atau ke arisan atau mengendari Mobil sendiri karena aku juga mempunyai Mobil dirumah.

Aku teringat banyak teman-temanku yang punya suami egois lebih memilih menghabiskan waktu di pub atau mancing bersama teman-temannya diakhir minggu dibanding dengan keluarga atau suami yang salah menyalurkan bakat tinjunya sedikit saja Ada kesalahan atau telat melayani suami maka kepalan tinju sudah mendarat di tubuh is istri.

Bukankah aku begitu beruntung mempunyai suami yang luar biasa mengasihi sesama dan punya kecintaan dan kesetiaan yang luar biasa pada Yesus ?.

Aku tidak mau kehilangan BELAHAN JIWA'ku yang telah Tuhan berikan, . . . Dengan langkah mantap aku melangkah ke garasi Mobil, dimana mas Beno sudah siap mengantarku ke pasar.
Setelah aku masuk Mobil sambil menjalan kan Mobil dengan suara lunak Mas Beno berkata, "Maaf 'ma, papa doanya lebih lama dari biasanya .. ".

Sambil tersenyum aku menjawab, "tidak apa-apa sayang kira-kira boleh ngak nanti malam, besok malam .. ..dan besoknya lagi mama ikutan saat teduh dengan papa?"

............ ......... ...... Cittttttttttttttttt tttttttttttttttt tttttttttttttttt tttttttttttttttt ttt

[karena kaget, Mobil di REM dengan mendadak ], Dan aku lihat Ada air Mata menetes dipipi suamiku . . . .tapi aku tau bahwa pagi ini itu bukan air mata duka cita ......tapi SUKA CITA

No comments: