6.27.2008

Sendok

Saya pergi makan malam bersama beberapa teman kantor di sebuah
restoran yang kabarnya cukup laris di daerah Ciledug.
Saat memesan makanan, saya perhatikan pelayan yang melayani kami
membawa sepasang sendok di saku bajunya.

Sedikit aneh, tapi saya tidak begitu peduli.

Namun, saat pesanan kami mulai diantar, saya melihat pelayan lain
membawa pula sepasang sendok disaku bajunya. Saya jadi tertarik untuk
melihat sekeliling dan ternyata memang benar dugaan saya, semua pelayan
restoran tersebut membawa sepasang sendok di saku baju masing-masing.

Saya jadi ingin bertanya. "Mas kenapa semua pelayan di sini membawa
sepasang sendok di sakunya?" tanya saya yang kepada pelayan datang
membawa sepiring sate.

"Oh, begini,Pak," jawab si pelayan, "Pemilik restoran ini memutuskan
untuk menyewa Andersen Consulting, ahli dalam hal analisa efisiensi
kerja, untuk memperbaiki kinerja di restoran ini. Setelah mereka analisa

selama beberapa bulan, mereka menyimpulkan bahwa pelanggan restoran

ini menjatuhkan sendok makan mereka sebanyak 73,84 persen lebih

sering dibandingkan peralatan makan lain yang ada dimeja.

Menurut Andersen Consulting, itu berarti rata rata 3 pelanggan menjatuhkan
sendok per meja setiap jamnya. Jika saja semua karyawan restoran
mengantisipasi hal itu, berarti kita bisa mengurangi waktu yang
terbuang untuk pulang pergi ke dapur mengambil sendok pengganti dan
menghemat waktu 1,5 jam waktu kerja per-shift."

Saking kagumnya dengan penjelasan si pelayan, tanpa sengaja saya
menyenggol salah satu sendok yang ada di meja. Segera saja si
pelayan mengambil gantinya dari saku baju sambil berujar,

"Betul kan Pak, saya tidak harus pergi ke dapur sekarang untuk

mengambil sendok pengganti untuk Bapak!"

Saya hanya bisa melongo dengan kejadian itu.

Tapi, kisah belum berakhir di situ. Ketika pelayan lain menghidangkan


pesanan tambahan, saya tetap memperhatikan sekeliling dan satu lagi
hal tampak aneh.

Saya perhatikan hampir semua pelayan pria memasang benang yang
menyembul di ujung ritsluiting celana mereka.

Benang itu diikaitkan ke ujung kancing terbawah dari baju. Lagi lagi

rasa ingin tahu mengusik saya. Sebab, ternyata pelayan perempuan tak

memakai aksesoris benang tersebut.

Ketika si pelayan tadi datang, saya menanyakan soa benang itu.

"Wah Bapak ini orangnya perhatian sekali ya. Tidak semua pelanggan di sini

memperhatikan hal-hal sedetail Bapak," puji si pelayan sedikit menggombal.

Saya hanya tersenyum kecil. Apa anehnya orang suka memperha tikan

detail?


"Ini juga hasil analisa Andersen Consulting Pak," katanya melanjutkan,

"Mereka menyimpulkan bahwa kami pun harus menghemat waktu yang

kami habiskan di kamar kecil ketika buang air kecil.

Dengan tali yang dikaitkan ke si "adik" ini (katanya sambil menunjuk tali
itu), kami tidak harus menggunakan tangan ketika mengeluarkannya.
Berarti kami akan terbebas kan dari keharusan membasuh tangan
setelah buang air kecil. Dan itu menghemat waktu yang terbuang di kamar

Kecil sebesar 25,92 persen.

Hampir tersedak saya mendengarkan penjelasan itu.

"Memang, dengan tali itu tangan jadi terbebas untuk memegang si "adik".
Tapi, bagaimana caranya untuk memasukkannya kembali ke posisi
semula?" tanya saya menyelidik.

Dengan setengah berbisik si pelayan berucap, "Andersen Consulting
tidak menjelaskan secara spesifik tentang hal itu. Nggak tahu dengan yang
lain, Pak. Tapi, kalau saya sih pakai sendok..."

No comments: