6.06.2008

Sepeda Tante Susi

Aku selalu melihat sepeda yang sudah tergolong tua itu diparkit di depan gerejaku. Setiap kali melihat sepda tersebut, aku tahu bahwa pemiliknya yang bernama Tange Susi itu sedang ikut beribadah. Usianya tidak lagi muda, sekitar 60 tahun. Sepeda itu selalu dipakainya utnuk dating beribadah, komsel ataupun kebaktian doa. Terkadang aku kasihan melihatnya turun dari sepda dengan nfas sekit terngah-engah. Jarak yang ditempuhnya dengan bersepeda tidaklah dekat, rumahnya berada sangat jauh dari komplek perumahan di mana kami beribadah.usai komsel sekitar setengah sepuluh atau jam sepuluh malam, ia pulang sendirian menempuh jarak yang jauh, melewati kuburan dan jalanan yagn sepi dengan mengayuh sepedanya.

Sungguh aku salut melihat Tante Susi ni. Ia kelihatan selalu penuh energi dan kata-katanya membangkitkan semangat. Di gereja kami, ia adalah seorang pendoa yagn tidak pernah ragu dengan apa ayng ia doakan, ia memiliki iman yang cukup teguh. Ia pernah bercerita tentang anak perempuannya yang mengidap penyakit kanker, rambutnya rontok dan harapan untuk sembuh tipis. Tapi dengan doa dan keyakina yang eguh, Tante Susi terus mendorong anaknya untuk berharap pada Tuhan. Anaknya itu pun sembuh, sehat dan bisa menjalani kehidupan ini sebagaimana orang-orang yang sehat menjalaninya. Kini anak perempuannya yang nyari mati itu hidup sehat dan melahirkan anak-anak.

Sepeda Tange Susi mengingatkanku tentang semangat dan kesetiaan seorang ibu yang real mengesampingkan kesenangan dan kenyamanannya demi kasihnya kepada Tuhan. Jarak yagn jauh tidak masalah baginya, jalanan yang sepi juga tidak menghalangi keinginannya untuk beribadah. Dengan kecepatan tinggi, ia mengayuh sepedanya seperti seorang anak remaja yang memiliki tenaga kuat. Kecintaanya kepada Tuhan telah mengalahkan rintangan demi rintangan yang sering dipakai banyak orang sebagai alas an untuk tidak hadir dalam ibadah, komsel atau kebaktian doa. Tante Susi selalu nampak sukacita dan penuh semangat tanpa beban.
Firman Tuhan mengatakan, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Wahyu 2:10a). ada orang yang selalu membanggakan kesetiaan masa lalu, bahwa dulu ia setia ke gereja, setia berdoa dan melayani, hanya sekarang saja tidak sesetia yang dulu. Sebuah kata bijak berkata, “Awal dari sesuatu tidaklah penting, yang penting adalah akhirnya”. Biarlah kita masuk dalam hitungan orang-orang yang tetap setia mesikpun usi sudah uzur dan kesehatan menurun. Jiksa sat ini kita tidak lagi setia kepada Tuhan, jangan pernha membanggakan kesetiaan masa lalu, karena itu tidak berarti apa-apa jika kita undur dariNya.

DOA :
Bapa, jangan biarkan kami menyerah pada alas an-alasan tertentu sehingga aku tidak lagi setia kepadaMu. Dalam nama Tuhan Yesus kami memohon. Amin.

Kata-kata bijak :
** Kecintaan kepada Tuhan dan firman-Nya akan memampukan seseorang menerjang “badai gelombang” **

No comments: