3.31.2009

Sate Maranggi " Cibungur "

Kalau kita ke Bandung lewat Purwakarta naik mobil, setelah keluar dari tol Cikampek kita berbelok ke kanan, tidak jauh dari sana disebelah kiri akan ketemu dg sebuah rumah makan yang tidak pernah sepi pengunjung. Saya baru ‘ngeh’ bahwa rumah makan itu bernama “Sate Maranggi Cibungur” karena selama ini menyebutnya: Sate Pohon Jati. Pada week end kemaren, setelah nyekar ke makam mertua di daerah Sukamandi saya & suami sempatkan mampir kesana. Kini tempatnya makin luas, terbukti dengan makin banyaknya meja & bangku panjang yang disediakan. Tadinya hanya didalam, tapi sekarang sudah merambah kehalaman luar. Makanan yang spesial disini adalah sate kambing yang sama sekali tidak berbau kambing! Lho kok…?!?! Tapi memang begitu kenyataannya, sate yang saya makan sangat empuk dan tak perlu bersusah payah untuk mengunyahnya. Bahkan waktu pertama kali kesana saya tidak tahu kalau itu adalah daging kambing, saya kira sate sapi saking empuknya. Pelayan yang saya tanya rahasia keempukannya tak mau buka mulut, barangkali takut ditiru oleh saingannya hehehe… Satenya dimakan bersama nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang sebesar kepalan tangan orang dewasa, entah karena porsinya kekecilan atau memang lapar, rata–rata orang akan menghabiskan 2 bungkus! Menu andalan lain di tempat ini adalah ayam kampung utuh termasuk leher, kepala dan ceker yang dibakar dan ikan gurame bakar. Tempat pembakarannya menghadap ke tempat parkir, sehingga asap yang mengepul dan aroma sedap yang muncul langsung membuat perut jadi lapar sejak turun dari mobil. Beberapa kali kesana saya selalu mencoba ayam kampung bakarnya yang empuk, tak perlu ‘berantem’ pada saat menggigitnya. Tapi karena saya rada bosan dengan "mahluk" bernama ayam, jadi kali ini saya pilih ikan gurame bakar. Dari penampilannya saya curiga, kaya’nya setelah dibakar, ikannya juga digoreng ‘selayang’ supaya keseluruhan ikan dalam kondisi matang, sehingga tidak berbau amis. Dagingnya terasa manis juga karena ikannya fresh karena baru diambil dari tambak yang lokasinya tak jauh dari sana. Yang menjadi menu–menu tersebut menjadi sangat istimewa adalah sambelnya yang aduhai. Kalau di tempat lain sambal yang menyertai makanan sudah jadi, disini justru dibuat dadakan pada saat kita memesan. Terdiri dari cabe rawit hijau yang diulek diatas cobek ukuran jumbo sampai kasar, lalu dicampur dengan irisan tomat sungguh menggoyang lidah. Apalagi untuk finishing touch–nya dikasih kecap. Hhhmmm…. Rasanya betul2 mak–nyossss….. kalau lagi ngantuk dijamin mata jadi melek! Disaat sedang kepedes–an, saya lihat di meja sebelah ada toples berisi asinan ketimun yang sangat menarik warnanya campuran hijau & merah. Terbayang pasti rasanya segar karena ketimun diiris sebesar dadu dan dicampur kuah asinan. Langsung saja saya sambar untuk menghilangkan rasa pedas. Ternyata dugaan saya meleset, asinan ketimun justru membuat saya semakin kepedes–an! Untung saya sudah memesan es kelapa muda yang gelasnya besuarrr... sekale! Dulu alm Ibu mertua saya sempat trauma dengan cara penyajian es kelapa ini karena dihidangkan di dalam gelas yang terbuat dari kaleng seperti yang dipakai Benyamin S. di sinetron Si Doel. Tapi sekarang sudah pakai gelas kaca kok! Daging kelapanya sangat lembut di lidah dan yang pasti airnya cukup buat yang lagi kepedes–an. Sebetulnya selain menu–menu tadi diatas, ada juga menu lain sebagai alternatif seperti Sop (Sapi–Kambing), Soto Dengkul / Kaki Sapi, Soto (Ayam–Babat), Gado–gado/karedok, Sayur Asem, Ayam Goreng, Siomay, Bakso, Bubur dll. Tapi kalau belum nyobain sate kambing, ikan/ayam bakar dan sambelnya, rasanya belum marem kalo orang Jawa bilang.. Pada saat suami membayar di kasir, saya sempatkan untuk memperhatikan dan bertanya kepada pembuat sambalnya. Ternyata dalam sehari (terutama saat week end dan hari raya), dibutuhkan 1 kwintal tomat dan 20 kilo cabe rawit! Belum lagi daging kambing lebih dari 1 kwintal, ayam kampung minimal 500 ekor dan gurame minimal 75 kilo. Bukan main… angka yang sangat fantastis untuk ukuran rumah makan pinggir jalan. Dan yang membuat saya makin kagum adalah tempat makan ini menyerap puluhan tenaga kerja yaitu pemuda pemudi yang tinggal di sekitar daerah sana. Jadi bukan hanya mengutamakan rasa, tapi juga memikirkan pembangunan daerah sekitarnya. Bravo! Jadi pengen cepet2 nyekar lagi nih….! Hayo siapa yg mau ikut? Sate Maranggi “Cibungur” Jl. Raya Cibungur Purwakarta Tel: 0264–351077

No comments: