4.10.2009

Restoran 'Cahaya Kota'

Jakarta - Sajian restoran legendaris yang berusia 66 tahun ini tak tergerus oleh zaman. Tampilan cantik saus asam manis yang mengguyur kakap goreng tepung, sangat menggiurkan. Pangsitnya renyah gurih dan I fu mi yang digoreng kuning cantik pun diberi topping sayuran yang renyah-renyah gurih! Tak heran jika para mantan presiden kita kesengsem dengan kelezatannya!

Mengunjungi kembali restoran yang berlokasi di Jalan Wahid Hasyim ini seolah menguak kembali buku sejarah. Restoran yang kini bernama 'Cahaya Kota' atau 'Tjahaja Kota' ini sudah ada sejak tahun 1943. Dulu restoran yang menyajikan hidangan Kanton dan Indonesia ini berlokasi di daerah patung pak Tani dengan nama ‘Toeng Kong’ dan sejak tahun 1961 pindah ke Jalan Wahid Hasyim.

Karena berlokasi di kawasan Menteng maka restoran Cina ini menjadi restoran yang terkenal di kalangan politisi dan para duta besar negara sahabat. Presiden Soekarno pun sejak dulu sering menikmati mi goreng, nasi goreng dan satai ayam dari restoran ini. Sedangkan presiden Soeharto sering memesan makanan untuk anak-anaknya terutama di malam Minggu. Tak kurang pentingnya, restoran ini dulu menjadi tempat rapat dan diskusi para pejabat dan politisi.

Siang itu saat saya tiba di depan pintu restoran ini, nyaris saya tak mengenalinya lagi. Kaca besar dan hiasan batu alam bergaya minimalis menggantikan bingkai kayu bagian depan restoran. Yang tak berubah hanya papan nama restoran saja. Bagian dalam restoran pun berganti tampilan, dinding yang dulu dilapisi wall paper menjadi putih bersih. Taplak linen putih dan kursi kayu berjok busa abu-abu tetap menjadi furniture khas resto ini. Tampilan restoran ini menjadi lebih bersih, terang dan modern! Agaknya sang pemilik berusaha mengikuti perkembangan zaman.

Kejutan kedua saya dapati saat daftar menu disodorkan oleh pelayan berseragam hijau cerah. Tampilan daftar menunya juga sudah berubah, terbuat dari karton tebal, dihiasi foto-foto makanan yang cantik, seperti umumnya restoran besar. Hmm.. di jajaran makanan ternyata juga sudah diselipkan berbagai menu baru, seperti ayam goreng pandan, aneka pangsit sampai beragam sajian mi selain mi goreng dan I fu mi.

Target utama saya sebenarnya ingin mencicipi kembali gurami asam manis. Lebih dari 20 tahun silam tiap kali ulang tahun atau sekedar ingin makan enak, sajian gurami itu selalu jadi 'bintang' menu pesanan saya. Daging guraminya diiris tipis lebar digoreng tepung kering berikut tulangnya lalu disusun di atas piring oval seperti ikan utuh dan disiram saus asam manis dengan irisan halus wortel. Jangan ditanya lagi sola paduan gurih renyah dan asam manis yang menyatu di mulut! Dahsyat!

Namun, siang itu saya hanya berdua dengan teman maka kami memutuskan kakap asam manis sebagai pengganti gurami asam manis dilengkapi dengan pangsit bulan sabit plus I Fu Mi kombinasi. Ada 8 potong daging ikan kakap berbalut tepung disajikan di piring oval. Saus asam manisnya disajikan terpisah di mangkuk kecil. Lapisan tepung kakap goreng ini memakai telur jadi empuk dan gurih. Saus asam manis legendarisnya masih seperti dulu. Bening, kental dengan warna oranye kemerahan yang cantik plus irisan halus wortel. Rasa asam dan manisnya juga sangat seimbang. Sepertinya inilah saus asam manis yang paling cantik racikannya.

Pangsit bulan sabit terdiri dari 8 buah pangsit berisi adoan ayam yang dicincang halus dengan sedikit jamur. Uniknya cocolannya bukan saus cabai tetapi saus kacang yang asam gurih manis seperti saus siomay Bandung. Sebuah paduan yang tak mengecewakan, renyah gurih dipadu dengan saus yang asam pedas sedikit gurih dan manis.

I fu mi sejak dulu menjadi 'jagoan' menu restoran ini. Minya berbentuk silinder besar digoreng kering dan kuning cantik. Siraman toppingnya benar-benar komplet. Mulai dari irisan batang sawi putih, sawi hijau, wortel, daun bawang, kembang kol, jamur merang, hingga kacang polong kalengan. Sayuran ini diaduk dengan irisan tipis daging ayam, hati dan ampela ayam, bakso daging dan bakso ikan dengan saus bening yang agak kental.

Setelah diaduk, mi yang mulai melempem, lembek basahpun terasa gurih di lidah. Rasa renyah sayuran dan kenyal daging dan bakso menjadi tekstur yang enak. Kuahnya tak terlalu berlimpah, pas untuk melumerkan mi dan melapisi isiannya. Inilah konsistensi yang tak berubah sejak dulu saya menggemari racikan I fu mi restoran ini.

Sambil menikmati kelezatan I fu mi saya mau tak mau teringat betapa hebat dan bangganya dulu saat saya merayakan ulang tahun di restoran ini. Mi goreng merupakan sajian wajib yang harus dimakan. Meskipun saat ini saya tak menikmati sup hisit dan sup kepiting andalan lain restoran ini, saya masih teringat kelembutan rasanya.

Jika di hari raya Imlek ini Anda ingin menyisihkan waktu untuk makan bersama keluarga, mungkin restoran ini cocok sebagai tujuan. Tak hanya makanannya yang lezat legendaris tetapi suasana yang nyaman seperti layakanya di ruang makan akan memberi keakraban.

Sayapun bersyukur 'Cahaya Kota' seperti namanya, tetap bercahaya dan tak pernah ditinggalkan oleh penggemarnya. Setidaknya sebutir 'mutiara' kuliner kita masih bertahan menjadi saksi pesatnya perkembangan kuliner di Jakarta.

Restoran 'Cahaya Kota'
Jl. Wahid Hasyim No.9
Jakarta Pusat
Telp: (021) 3143077-31934885
Buka: 07.00-22.00
Harga: Rp15.00 - Rp400.000

No comments: