4.10.2009

Yam Mian Tiam

Jakarta - Penampakan minya memang agak butek, kurang memikat, dengan bentuk silinder seperti lidi. Saat dikunyah barulah terasa kenyal lembut plus gurih. Topping tauge dan sawi yang renyah segar memberi sensasi enak. Apalagi setelah kuahnya diaduk dengan kecap Medan dan Bangka. Wouw... dahsyat tonjokannya!

Kepopuleran film 'Laskar Pelangi' membuat saya jadi ikut-ikutan rajin mencari makanan khas pulau Bangka Belitung. Karena itu saat akan memasuki jalan tol BSD ke arah Bintaro, mata saya tiba-tiba melihat spanduk bertulisan merah 'Ya Mian Tiam' Sedia Mi, Makanan & Aneka Camilan Bangka. Mi Bangka asli? Inilah yang lama saya cari!

Terus terang di Jakarta banyak versi mi Bangka, yang memakai topping ayam berbumbu kecap dengan pelengkap tauge dan sawi. Sayang sekali rasa ayam kecapnya sudah cenderung manis, mirip mi ayam Jawa.

Resto yang menempati bangunan ruko ini tidak terlalu besar. Di bagian dalam terlihat sang nenek sedang menimbang mi segar yang baru dibuat. Di sisi kiri berderet aneka oleh-oleh Bangka. Bermacam-macam kerupuk, kecap, kecalok, rusip, siput gungung, kue-kue dan tauco. Bagai orang kelaparan saya memesan seporsi mi ayam, semangkuk Cun Pan Thiau dan tentu saja semangkuk Theu Fu Kok.

Theu Fu Kok yang populer disebut Tahu Kok tersaji lebih dulu, pas sebagai pembuka. Dua buah tahu berisi adonan ikan, bakso ikan mungil dan otak-otak ikan berbalur kulit tahu dengan potongan sawi. Kuahnya bening menebar aroma gurih kaldu.

Saat saya hirup, tak ada rasa yang menonjol, benar-benar gurih alami kaldu. Baru setelah diaduk dengan sambal rawit dan sambal tauco, rasa gurihnya menjadi sangat cantik! Tahunya lembut dan bakso ikannya juga kenyal-kenyal lentur!

Tampilan mi ayam Bangka yang ditaruh mangkuk tak jauh berbeda dengan mi ayam biasa. Gigitan pertama mi yang tampak kusam memberi kejutan. Ternyata rasa minya tak sekusam warnanya, agak garing, kenyal dengan rasa gurih tak berlebihan. Nyaris mirip spaghetti yang al dente! Daging ayamnya yang berwarna cokelat ternyata tak mengumbar rasa manis sama sekali.

Kucuran jeruk lemon cui, tambahan sambal rawit, kecap Medan yang encer dan kecap Bangka (cap Rusa) yang mirip shoyu Jepang memberi harmoni rasa yang luar biasa pada mi ini. Ada semburat gurih, asam dengan tonjokan aroma kedelai yang kuat alami. Tak ada jejak manis yang berlebihan! Hmmm... mangkuk pun jadi licin bersih!

Cun Pan Thiau yang tak lain adalah kwetiau kuah juga menawarkan rasa alami. Kwetiaunya lentur lembut, meluncur mulus di tenggorokan, irisan otak-otak ikan goreng dan telur mata sapi membuat rasanya makin mantap. Kwetiau inipun harus diberi sentuhan duo kecap dari Medan dan Bangka plus kucuran lemon cui untuk menampakkan kekuatan rasanya!

Di saat kekenyangan ternyata saya masih tak tahan godaan saat ditawari mencicipi mpek-mpek Bangka oleh nyonya pemilik resto. Keramahannya membuat saya langsung mengiyakan untuk disiapkan mpek-mpek rebus.

Potongan mpek-mpek mirip mpek-mpek lenjer dengan panjang sekitar 5 cm disajikan di piring. Untuk menyantapnya tinggal dituang saus cabai yang merah, pedas dan asam sebagai cukonya. Karena agak kenyal dengan saus yang pedas asam, saya hanya sanggup mencicipi sepotong saja!

Puas melepas kangen makanan Bangka, saya juga puas dengan harga sekitar Rp 12.000 - Rp 15.000 untuk mi dan kwetiau, dan Rp 2.500 untuk sepotong mpek-mpek serta Rp 15.000 untuk semangkuk tahu kok.

Saat pulang pun sekantong kemplang goreng pas (tampangnya dekil tetapi renyah gurih), sekantong kerupuk Bangka dan siput gunggung saya tenteng sebagai oleh-oleh! Wah, tanpa ke pulau Bangka saya pun sudah bisa memuaskan selera di sini!

Yam Mian Tiam
Ruko Versailles Blok FB No.12, BSD City
Telpon: 021-70994069/08129935507
Jam buka: 10.00 – 21.00

No comments: