11.20.2009

Berbagi dan Berbahagialah

Alkisah, ada seorang anak kelas 5 SD bernama Adi.

Setiap hari, Adi tiba di sekolah pagi-pagi sekali. Biasanya saat ia datang,
belum ada satu pun teman sekelasnya yang datang.

Suatu hari, saat istirahat, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari
rumah berkurang separuh .

"Siapakah gerangan yang mengambil bekalku?" batinnya dalam hati sambil
mengitarkan pandangan curiga ke seputar kelas.

Sepulang dari sekolah, diceritakan kasus bekal yang hilang kepada ibunya.

"Ibu tidak lupa menyiapkan bekal untukku sebanyak dua potong kan?" tanya Adi
penasaran.

"Iya, Ibu ingat sekali menyiapkan bekalmu dua potong, bukan sepotong," jawab
ibu Adi meyakinkan.

Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, tanpa sengaja,

Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap-endap memasuki kelas yang
masih kosong.

Dia membuka tas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Kemudian bergegas pergi
dengan muka tampak tertekan dan murung.

Sepulang dari sekolah, Adi menceritakan kejadian itu kepada ibunya.

"Ibu, ternyata pencurinya si penjaga sekolah. Apa yang harus Adi lakukan,
Bu?

Kalau Adi laporkan ke wali kelas atau kepala sekolah, dia pasti diberi
sanksi, bahkan mungkin dikeluarkan dari sekolah.

Kasihan kan, Bu. Walaupun orangnya baik, tapi yang diperbuat kan salah".

Dengan tersenyum sayang, ibunya menjawab, "Saran ibu, jangan dilaporkan dulu
ke sekolah.

Ibu kenal baik keluarga penjaga sekolahmu itu. Dia bukan penjahat. Pasti
karena terpaksa dia mengambil setengah bekalmu.

Dan masih berbaik hati meninggalkan setengahnya untuk Adi agar Adi tidak
kelaparan.

Begini saja, besok akan Ibu siapkan bekal lebih banyak, dua kali dari
biasanya.

Adi berikan sebungkus kepada penjaga sekolah. Cukup berikan saja, tidak
perlu menegur atau berkata apapun kepadanya.

Kita lihat apa reaksinya, setuju?"

Keesokan harinya, Adi menemui penjaga sekolah dan menyerahkan sebungkus
bekal.

Penjaga sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub.

Dengan tangan gemetar, diterimanya bingkisan itu. Tampak matanya
berkaca-kaca.

Sambil terbata-bata dia berkata, "Terima kasih, terima kasih Nak. Bapak
minta maaf telah mengambil setengah jatah bekal Nak Adi.

Bapak sungguh menyesal dan dihantui perasaan bersalah. Bapak lakukan karena
terpaksa.

Anak bapak sakit, sedangkan uang kami tidak cukup untuk membeli makanan
karena istri bapak memerlukan biaya untuk melahirkan.

Mohon maafkan Bapak, Nak. Bapak berjanji tidak akan mengulanginya.

Dan terima kasih karena tidak melaporkan kepada pihak sekolah sehingga Bapak
masih bisa bekerja.

Sampaikan permintaan maaf dan terima kasih kami pada ibumu.

Sungguh beliau seorang ibu yang baik dan bijak".

Sambil mengangguk senang, Adi meninggalkan penjaga sekolahnya.


Teman-teman yang luar biasa,

kesalahan, walau dengan alasan apapun, tidak akan menjadi benar.

Mau menyadari, mengakui kesalahan, dan meminta maaf adalah sebuah kebesaran
jiwa.

Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi.

Sebaliknya, bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita bahkan rela
memberi bantuan dan menyadarkannya,

bukan hanya damai di hati tetapi sekaligus menunjukkan kita, manusia,
sebagai makhluk yang ber-Tuhan.

Maka jelas sekali, jika bisa berbagi, kita akan bahagia. Share and be happy.

No comments: