1.22.2010

Buku Telpon

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu
percakapan yang
menarik.
Seorang guru, dengan buku di tangan,
tampak menanyakan sesuatu kepada
murid-muridnya di depan kelas.
Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan:

"Anak-anak, kita sudah hampir
memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian
terbesar apa yang membuatmu bahagia?
Adakah hal-hal besar yang kalian
peroleh selama ini?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara
lagi dari guru, "Ya,ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam
hidupmu...".
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan
guru itu menunjuk pada seorang murid.
"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal
besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu. ..".

Sesaat,
terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah masa yang
sangat besar buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan sebuah
motor, persis
seperti yang aku impikan selama ini." Matanya berbinar, tangannya tampak seperti
sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan
lampu yang berkilat, pasti
tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu!"

Sang guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka,terdengarlah beragam cerita dari
murid-murid yang hadir.
Ada anak yang baru saja mendapatkan
sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita
tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang
hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara,
hingga terdengar suara dari arah
belakang. "Pak Guru..Pak, aku belum
bercerita." Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil.
Matanya berbinar.
Mata yang sama seperti saat anak-anak
lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan,
ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus
itu.
"Apa hal terbesar yang kamu
dapatkan?" Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan
terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah..saat nama keluarga kami
tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari yang
lalu."

Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang
memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan
tertawa terbahak mendengar cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang
berkomentar, "Ha? aku sudah sejak lahir menemukan nama keluargaku di buku
telpon. Buku Telpon? Betapa
menyedihkan. ..hahaha. " Dari sudut lain, ada
pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain Yang kamu dapat selain hal yang
lumrah semacam itu?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang
masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil
mengangkat tangan.
"Tenang sebentar anak-anak, kita
belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak..."

Anak
berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. "Ya. Memang itulah kebahagiaan
terbesar yang pernah aku dapatkan. Dulu, Ayahku bukanlah orang
baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena
selalu merasa di kejar polisi."

Matanya tampak menerawang. Ada bias
pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan. "Tapi, kini
Ayah telah berubah. Dia telah
mau menjadi Ayah yang baik buat keluargaku.
Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang
mau memberikan pinjaman
modal buat bekerja."

"Hingga setahun lalu,
ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah berhasil.
Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah
rumah kecil buat kami. Dan kami
tak perlu berpindah-pindah lagi."

"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama
keluargamu ada di buku telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi merasa takut
setiap malam dibangunkan ayah
untuk terus berlari. Itu artinya, aku tak
perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi. Itu juga berarti, aku tak
harus tidur di
dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, aku,
dan juga keluargaku, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga
lainnya."

Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir.
"Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang aku dapatkan nanti...
" Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen
tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian
besar, dan kebahagiaan.
Mereka juga belajar satu hal : "Bersyukurlah dan
berbesar hatilah setiap kali mendengar keberhasilan orang lain. Sekecil apapun.
Sebesar apapun."

No comments: