5.16.2008

From Zero to HERO

Keterbatasan dalam bidang ekonomi dan pendidikan, sekali lagi bukan alasan
untuk tidak bisa meraih kesuksesan. Setidaknya kedua hal tersebut berlaku
bagi para tamu Kick Andy episode ini. Berbekal modal seadanya, namun
didukung tekad kuat dan semangat kerja keras pantang menyerah, membuat
mereka mampu menjadi "pahlawan" bagi diri sendiri dan keluarga, juga bagi
orang lain.

Salah satunya adalah Susi Pudjiastuti, potret sukses pengusaha wanita tanpa
jalur pendidikan formal. Merasa sekolah tidak bisa mengakomodasi
keinginannya, Susi Pudjiastuti memilih drop out saat kelas dua SMA dan
bekerja di pelelangan ikan di Pangandaran, Jawa Barat. Pilihan nekadnya ini,
ternyata mampu mengantarkan nasibnya menjadi juragan ekspor ikan beromzet
milyaran rupiah per bulan dan pemilik dari maskapai penerbangan Susi Air
dengan 12 pesawat Cessna Grand Caravan, hanya dengan modal awal 750 ribu
rupiah.

Pada tahun 2000, Susi membuat terobosan baru bidang pengangkutan ikan, yaitu
dengan pesawat terbang untuk mempercepat pengangkutan ikan segar.

Tekad yang keras untuk menjadi pengusaha juga menghinggapi benak Budiyanto
Darmastono. Lulusan D3 Akuntansi UGM yang berasal dari keluarga guru ini,
tak puas bekerja sebagai pegawai bidang akuntansi, dengan penghasilan yang
menurutnya "hanya begitu-begitu saja".

Bersama istrinya, Budiyanto terus berpikir keras mencari-cari bidang usaha
yang cocok dan bisa dikerjakan berdua. Ide bernas pun mampir di pikirannya
saat menyadari, bahwa bisnis kurir sangat potensial. Perusahaan di bidang
usaha courier service juga masih sedikit dan sebagian besar dikerjakan
secara manual.

Bermodalkan uang 24 juta hasil meminjam saudara dan temannya, Budiyanto
menyewa sebuah rumah kontrakan untuk dijadikan kantor bernama PT. NCS.
Gagasan briliannya saat itu adalah mengandalkan 2 komputer untuk mempercepat
sistem database dan pelaporan. "Saat itu saya lihat dari sejumlah perusahaan
kurir, masih memakai sistem manual. Maka saya berpikir bahwa sistem
computerized pasti akan lebih cepat, tepat dan dipercaya klien" ujar
Budiyanto.

Saat ini, berkat kerja keras dan komitmen menjaga kepercayaan para klien,
PT. NCS telah memiliki 3000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia
dengan omzet sekitar 9 miliar rupiah per bulan.

Sementara keputusan untuk tidak mengikuti jalur "mainstream" sarjana saat
ini, yaitu menjadi karyawan selulus kuliah, mendorong empat sekawan dari
Yogyakarta memilih berwiraswasta. Eko Yulianto, Fath Aulia Muhammad, Asyari
Tamimi dan Febri Triyanto tak malu-malu memulai usaha berjualan stick
singkong goreng. Bermodalkan sebuah gerobak berwarna merah kuning bermerk
Tela-tela, mereka berempat mampu menarik konsumen penyuka cemilan gorengan.

Obsesi mereka mengangkat derajat singkong supaya "selevel" dengan cemilan
impor, juga didorong alasan untuk memberdayakan para petani singkong.
Pengalaman berlari-lari mendorong gerobak sambil menenteng wajan berisi
minyak goreng karena dikejar-kejar Satpol PP saat pertama kali berjualan,
tak mematahkan semangat mereka. Hanya dalam waktu 2 tahun, sekitar 1200
outlet Tela-tela di seluruh Indonesia, telah memberikan omzet bagi 4 sekawan
ini 2-3 Miliar per bulan.

Berawal pada hobi bermain skateboard, mendorong Rizky Yanuar dan 2 temannya
membuat sendiri kaos, jaket dan aksesoris bernuansa komunitas skateboard
pada 1998. Bermodalkan uang patungan sebesar 200 ribu rupiah, mereka bertiga
memproduksi sendiri jaket dan kaos bermotif skateboard.

Kegiatan yang awalnya hanya sebagai hobi itu, ternyata terus berlanjut
hingga mereka lulus kuliah. Promosi lewat mulut ke mulut kepada sesama
komunitas skateboard, berkembang ke jalur distro dan akhirnya memiliki
sebuah toko showroom khusus berbendera Ouval Research. Ketekunannya untuk
bertahan di segmen khusus anak muda, dibarengi inovasi dalam segi desain
secara terus menerus, membuahkan 4 outlet di Bandung dan Jakarta, serta 100
distributor di seluruh Indonesia yang mengalirkan omzet 1-2 miliar per
bulan.

No comments: