6.06.2008

Ikatan Yang Tidak Terputus

Setelah ayah memasuki masa pensiun, ia pun mulai mengisi hari-harinya dengan kesibukan baru, yaitu dengan merawat kebunnya di dekat rumah. Ibu sendiri tetap melakukan kegiatan rutinnya, yaitu membereskan rumah, memperindah halaman dan menyiapkan makanan. Jika tiba waktunya makan makanan ringan, ibu akan segera ke dapur, menyiapkan sesuatu yang akan dimakan dan menyiapkan meja untuk dua orang. Setelah itu, ia mendekati ayah dan berkata dengan lembut, “silahkan Pa, minumannya sudah siap.”sambil menikmati minuman hangat, mereka mengobrol dan tertawa, mereka sangat menikmati kebersamaan mereka.

Usia mereka semakin bertambah hingga mendekati 80 tahun, dan seiring dengan itu perubahan pun terjadi dalam diri ayah. Penyakita Alzheimer perlahan-lahan mempengaruhi hidup dan sikap ayah. Namun ibu dan ayah masih saling peduli dan memperhatikan satu sama lain, sebagaimana kebiasaan mereka sejak menikah.

Keadaan semakin buruk ketika ibu terkena stroke. Untunglah ia masih bisa berbicara dan mengingat segala hal. Setelah menjalani perawatan, ibu kembali ke rumah, namun kini harus memakai bantuan tongkat untuk berjalan. Jika tiba waktunya makan, ia akan ke dapur dan menyiapkan meja makan untuk dua orang. Setelah itu ia datang kepada ayah dan berkata, “silahkan Pa, makanan sudah siap.” Ayah datang meskipun ia tidak begitu mengenali ibu lagi. Kadang ia bahkan tidak tahu untuk apa ia datang ke meja makan. Namun mereka masih tetap saling menyayangi. Ibu bahkan tidak berpikir untuk menempatkan ayah di rumah perawatan, meskipun ia sendiri juga sakit. Ia tetap merawat ayah sebisanya.

Kesehatan ibu memburuk setelah ulangtahun ke-61 pernikahan mereka. Suatu hari ibu menceritakan sebuah penglihatan yang ia peroleh ketika tidur. Ia melihat sebuah meja yang ditata begitu indahnya dan melayang-layang di depannya. Meja itu disiapkan untuk dua orang, tetapi tidak ada makanan di atasnya. Menurut kami, meja itu disiapkan untuk ibu dan Tuhan.

Karena alasan kesehatan, ibu dan ayah menjalani perawatan terpisah. Tidak ada lagi meja yang disiapkan untuk dua orang, tidak ada lagi canda ria berdua, tidak ada lagi ajakan,”silahkan Pa, makanan sudah siap.” Di suatu malam sebelum ibu meninggal, ia terus bergerak dan mengangkat dua jarinya. Esok harinya ibu pun meninggal, dan malam harinya kami mendapat telpon dari rumah perawatan bahwa ayah juga meninggal. Kini jelas bagi kami bahwa dua jari yang diangkat ibu mungkin adalah permintaan kepada Tuhan agar sebuah meja disiapkan untuk dua orang, yaitu untuk ibu dan ayah.

Suatu tali kasih yang terjalin sampai kematian memanggil, itulah yang seharusnya mengikat sebuah pernikahan. Suatu ikatan yang tidak dinodai dengan keegoisan, ketidaksetiaan atau pengkhianatan. Ikatan yang membuat Tuhan tersenyum ketika Ia menyambut kita.


DOA :
Bapa, jadikanlah hubungan pernikahan kami menjadi jalinan yang indah, dimana kasih kami tidak akan lekang oleh situasi dan waktu.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin


Kata-kata bijak :
Jadikanlah pernikahan Anda seperti “Sorga Kecil” di mana terdapat kasih dan sukacita yang tiada habisnya.


Mutiara Kata :
** Perkawinan yang paling berhasil adalah di mana suami maupun isteri berusaha membangun harga diri pasangannya.***

No comments: