8.29.2008

Lasik

MESKI kelihatannya keren, menggunakan kacamata juga lensa kontak kerapkali membuat kita tidak nyaman dan bebas. Kacamata bahkan bisa jadi memperburuk penampilan kita.Sekarang, Anda tak perlu khawatir dengan persoalan ini.
LASIK atau laser in-situ keratomileusis, merupakan jenis prosedur bedah yang menjadi sebuah fenomena jaman ini, karena dapat memperbaiki mata bermasalah seperti rabuh jauh, rabun dekat serta kelainan mata lainnya dalam waktu singkat. Tak heran bila prosedur ini makin diminati karena aman, efektif, cepat sembuh dan rendahnya tingkat kerisihan.
Artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai LASIK dan apa saja prinsip dasarnya. Tentunya agar masyarakat tidak lagi ragu dan mengetahui dengan benar apa itu LASIK dan seperti apa prosedurnya.
Apakah LASIK itu?
LASIK muncul dari pengembangan berbagai teknik bedah refraktif. Intinya, ada 2 tahap proses LASIK. Pertama, membuat bukaan kecil tipis pada kornea dan yang kedua adalah tahap merancang ulang kornea dengan membuang sebuah jaringan di kornea menggunakan laser. Bukaan kornea kemudian ditutup kembali dan direkatkan hingga proses penyembuhan selesai.
Pengerjaan dasar dari menciptakan bukaan LASIK pada kornea diawali pada tahun 1950-an, ketika ditemukannya microkeratome, sebuah pisau metal mekanikal yang digunakan untuk membuka kornea. Selama bertahun-tahun, microkeratome terus disempurnakan hingga kini, proses pembukaan kornea menjadi aman dan nyaman.
Penemuan teknologi kedua untuk LASIK muncul pada tahun 1980 dimana ditemukan laser ultraviolet yang dapat menggores suatu jaringan secara tepat tanpa merusak jaringan lain di sekitarnya. Dua tahun kemudian, potensi dan fungsi dari laser ini dalam bidang bedah diumumkan.
Bagaimana Cara Kerja LASIK?
Kornea memegang peranan penting dalam LASIK karena kornea memegang hampir seluruhnya kekuatan pembiasan pada mata, dimana sumber kekuatan mata yang lain datang dari lensa kristal jernih mata yang alami. Oleh karena itu, memodifikasi bentuk kornea juga berarti merubah status pembiasan pada mata. Inilah prinsip dasar dibalik operasi LASIK serta pembedahan refratif lain pada kornea.
Untuk mengobati rabun jauh (myopia), bagian tengah kornea digepengkan untuk mengurangi kemampuan pembiasan kornea. Untuk mengobati rabun dekat (hyperopia), bagian kornea dipertajam untuk meningkatkan kemampuan pembiasannya. Untuk mengobati kelainan mata seperti pandangan yang tidak jelas (astigmatism), lekukan kornea yang berjarak 90 derajat dari porosnya dibuat sama dan seimbang.

OPERASI TANPA PISAU

Dengan teknologi canggih, kini penderita gangguan refraksi mata bisa terbebas dari kacamata atau lensa kontak dengan menjalani prosedur lasik (laser-assisted in-situ keratomileusis). Terapi ini mengubah bentuk lapisan kornea sehingga bisa mengoreksi kelainan refraksi mata rabun jauh (miopi), rabun dekat (hypermetropia), atau mata silinder (astigmatisme). Terapi itu mampu mengoreksi kelainan refraksi mata dari +4 sampai -14 diopri. Mata silindris bisa dikoreksi dari -0,5 sampai -5.
Namun, tak semua gangguan refraksi mata bisa dikoreksi dengan lasik. Penderita kecekungan mata terlalu tinggi, glaukoma, mata kering, dan kelainan retina dianjurkan tidak menjalani operasi lasik. Syarat lain, pasien berusia 18 tahun ke atas, tidak sedang hamil, penglihatan stabil minimal enam bulan, tidak menderita diabetes dengan kadar gula tidak terkontrol.
Lasik konvensional memakai alat mikrokeratom, semacam pisau elektrik, untuk membuka lapisan permukaan kornea mata, kemudian sebagian lapisan kornea dihilangkan dengan laser. Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap) akan dikembalikan ke posisi semula.
Terapi ini dapat dilakukan pada kedua mata bersamaan. Setelah lasik, pasien kemungkinan merasa lelah, mata merah, tidak nyaman, mata seperti berpasir dan sensitif terhadap cahaya, penglihatan terasa berkabut. Gejala-gejala ini terasa selama 1-6 jam pascatindakan.
Sejauh ini tingkat keberhasilan operasi lasik konvensional mencapai 90 persen. ”Tidak semua penderita gangguan refraksi mata perlu prosedur lasik. Ini pilihan bagi pasien,” kata dokter spesialis mata dari Klinik Mata Nusantara, Hadi Prakoso, dalam Bali Ophthalmology Retreat, pekan lalu, di Jimbaran, Badung, Bali. Juga, tidak semua operasi lasik memberi hasil memuaskan. Kadang-kadang terjadi tajam penglihatan pascatindakan yang kurang atau berlebihan (under atau over correction). Ini bisa diperbaiki dengan laser tambahan setelah kondisi mata stabil atau dalam tiga bulan setelahnya.
Pasien juga bisa silau saat melihat pada malam hari. Efek samping lain adalah gejala mata kering yang akan hilang dengan sendirinya. Flap kornea bisa bergeser jika terjadi trauma pada mata, misalnya menggosok bola mata terlalu kuat. Flap akan melekat cukup kuat setelah seminggu.
Sejauh ini, menurut ahli bedah refraktif, dr Brian Boxer Wachler, dalam situs www.allaboutvision.com, komplikasi dalam prosedur lasik konvensional biasanya terkait pembuatan flap yang salah. Pembukaan lapisan permukaan kornea mata kemungkinan terlalu tipis.
Sejumlah studi yang dipublikasikan American Journal of Ophthalmology menyebutkan, komplikasi pembuatan flap berkisar 3-5,7 persen dari total jumlah pasien lasik. Komplikasi terkait pada pembuatan flap antara lain bentuk flap tidak normal, infeksi mata—akibat ahli bedah kurang berpengalaman.
Intralase lasik
Ahli mata dari FreeVis LasikCenter Fakultas Kedokteran Mannheim Universitas Heidelberg, Jerman, Michael Knorz, menyatakan, lasik telah diakui Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat lebih dari sepuluh tahun silam. Namun, baru September 2007 Badan Nasional Ruang Angkasa dan Aeronautika AS (NASA) menyetujui penggunaan prosedur intralase (laser) lasik atau dikenal dengan istilah iLasik.
Terapi intralase lasik merupakan teknologi baru yang kini dikembangkan di sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam iLasik, pembuatan flap tidak memakai pisau elektrik, namun dengan femtosecond laser 60 kilohertz. Jadi, mata pasien tak tersentuh pisau bedah.
Prosedur iLasik menggunakan peranti lunak komputer untuk memandu laser intralase dalam membuka lapisan permukaan kornea mata. Dengan laser khusus, flap kornea dibuat dengan presisi dan tingkat keakuratan sangat tinggi, tajam penglihatan lebih baik daripada saat pasien memakai kacamata. Terapi ini juga lebih aman, dengan lasik tanpa pisau berarti menghilangkan sumber utama penyebab komplikasi pembuatan flap.
Keunggulan lain operasi lasik tanpa pisau bedah adalah mengurangi gejala mata kering, flap lebih tipis, kemungkinan under atau over correction lebih jarang terjadi. Menurut ahli bedah refraktif iLasik Vance Thompson dalam situs www.allaboutvision.com, iLasik memberi peluang bagi seseorang yang tak dapat menjalani lasik konvensional, di antaranya karena lapisan kornea terlalu tipis, untuk melihat dunia tanpa alat bantu.

No comments: