8.11.2008

Marah Bikin Bensin Boros

Memelihara kemarahan diamini banyak orang hanya akan mendatangkan dampak buruk dalam segala hal. Sayangnya, saat amarah itu datang, banyak orang pula tak kuasa membendungnya, dan menumpahkannnya dalam banyak cara juga. Lantas bagaimana jika rasa marah itu datang saat tengah berkendaraan. Apalagi kondisi lalulitas, baik kemacetan maupun cara mengemudi pengguna jalan di kota besar seperti Jakarta memang "ampuh" untuk mengundang "si marah".
Begitu emosi terpancing, selain membunyikan klakson panjang, umumnya pengendara mobil menggeber-geber pedal gas. Baik untuk tujuan menambah akselerasi agar bisa mengejar pengendara lain yang telah membuatnya marah. Atau hanya sekadar menunjukkan pada orang di sekelilingnya bahwa ia tidak nyaman dengan situasi tertentu.
Sikap agresif di jalan raya tak bisa dibantah, berpotensi mengakibatkan dampak buruk. Baik bagi pengemudi maupun pengguna jalan yang lain. Tapi, kalau pun selamat dan tak terjadi apa-apa, ada kerugian lain yang tak disadari. Bensin boros!
Akselerasi yang fluktuatif dan agresif menyebabkan suplai bahan bakar di mobil kita menjadi tidak konstan dan terbuang tidak sesuai dengan takaran sebenarnya. Saat pedal gas diinjak dalam-dalam, maka saat itu pula aliran bahan bakar akan memancar dengan keras. Lantas, belum sempat berjalan konstan, mobil mengurangi kecepatan dengan cara yang tidak halus pula. Akselerasi tak konstan macam inilah yang menjadi penyebab bakan bakar terbuang percuma.
Bagaimana dengan sekadar menggeber tanpa berakselerasi? Tak beda. Sebab, saat gas naik turun dengan ekstrim saat itu pula suplai bahan bakar mengalir "sesuai irama". Malah sesungguhnya 'gaya' macam ini jauh lebih boros, karena bensin terbakar percuma tanpa menambah jarak tempuh toh?
Sebaliknya, ada banyak cara untuk mengefisienkan konsumsi bahan bakar di tengah harga yang terus melambung, tanpa harus melakukan modifikasi mesin. Cukup cara mengemudi yang disempurnakan, maka mobil akan lebih irit. Misalnya, peningkatan akselerasi kendaraan yang dilakukan secara gradual dan halus sehingga mesin bisa mengoptimalkan bahan bakar yang diterima, untuk dikonversi menjadi tenaga. Kemudian, upayakan laju kendaraan meluncur dengan stabil pada kecepatan yang konstan. Ingat, alasan inilah yang menyebabkan perjalanan ke luar kota terasa lebih hemat bahan bakar, dari pada perjalanan di dalam kota. Di luar kota mobil dapat melaju konstan. Sementara di perkotaan, pengemudi dipaksa melakukan "stop n drive" yang menyebabkan mesin "minum" lebih banyak.
Pemanasan mesin pun memiliki sumbangan berarti untuk berhemat. Disarankan mobil tidak digeber sebelum mencapai panas yang optimal. Hal ini bisa dilakukan dengan mengendari kendaraan pelan, sebelum indikator panas mesin mencapai level normal. Saat panas mesin sudah mencapai titik normal, perpindahan persneling pun harus dilakukan dengan teratur. Biasakan memakai putaran mesin sesuai dengan kebutuhan, terlebih bagi kendaraan dengan transmisi manual. Perpindahan persneling pun akan membantu penghematan jika dilakukan dengan cepat, tanpa memberi kesempatan pada mesin untuk menahan putaran.
Hal lain yang juga pantas diperhatikan adalah, tekanan angin pada ban. Ban yang kekurangan angin akan menambah beban kendaraan saat melaju yang akhirnya membebani kerja mesin. Hasilnya bahan bakar akan terpakai lebih banyak. Disarankan, pemeriksaan tekanan angin dilakukan setiap bulan, dan melakukan rotasi ban pada saat perawatan berkala. Berbicara tentang perawatan berkala, maka boleh jadi hal ini merupakan poin paling utama dari penghematan tersebut. Mobil yang dirawat dengan baik tentu akan mengonsumsi bensin lebih efisien.

No comments: