10.31.2008

Menyongsong Kematian

e-RH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Renungan Harian
Sarana untuk bertumbuh dalam iman & menjadi saksi Kristus
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Rabu, 29 Oktober 2008
Bacaan : Mazmur 90:1-12
Setahun: Lukas 1-4
Nats: Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami
beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12)

Judul:
MENYONGSONG KEMATIAN

Pak Permana meninggal dunia," kata teman saya di telepon. Saya
terkesiap. Dua hari lalu saya sempat bertemu dengan Pak Permana.
Masih segar bugar. Kami ngobrol ngalor-ngidul, sambil bersenda gurau
dan tertawa-tawa. Tidak ada tanda-tanda sedikit pun hidup Pak Permana
akan sesingkat itu. Rupanya, Pak Permana terkena serangan jantung.
Sehabis bermain tenis, ia mengeluh dadanya sakit. Lalu, tidak lama
sesudah itu ia pingsan. Dalam perjalanan ke rumah sakit, ia
mengembuskan napasnya yang terakhir.

Begitulah hidup. Sangat ringkih. Bisa dibilang, kita ini berada di
bawah bayang-bayang kematian. Setiap saat kita bisa dijemput oleh
kematian. Kapan saja dan di mana saja. Tidak saja ketika usia kita
sudah uzur atau ketika tubuh sakit-sakitan. Namun juga saat kita
"masih" di usia muda, berada di puncak karier, dan di saat tubuh kita
sehat. Kematian tidak pandang bulu; tidak pandang usia; tidak pandang
situasi dan kondisi kita. Pemazmur bahkan mengibaratkan hidup kita
ini seperti rumput; yang di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, akan
tetapi di waktu petang ia sudah lisut dan layu (ayat 5,6).

Lalu bagaimana? Apakah kita pasrah dan pasif saja menjalani
hari-hari, sekadar untuk menunggu kematian datang? Tidak. Kesadaran
bahwa kita bisa kapan saja dijemput kematian seharusnya mendorong
kita untuk hidup dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Soal
kapan pun kematian itu datang menjemput, kalau kita sudah berusaha
hidup bijak dan bajik di dalam Tuhan, kita akan menghadapinya dengan
tenang. Untuk itu, kuncinya adalah berjaga-jaga senantiasa -AYA

YANG PENTING BUKAN KAPAN KITA MATI
TETAPI BAGAIMANA KITA HIDUP



Mazmur 90:1-12

1. Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan
kami turun-temurun.
2 Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia
diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya
Engkaulah Allah.
3 Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata:
"Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
4 Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin,
apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.
5 Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti
rumput yang bertumbuh,
6 di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut
dan layu.
7. Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena
kehangatan amarah-Mu kami terkejut.
8 Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami
yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.
9 Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami
menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.
10 Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat,
delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan
penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang
lenyap.
11 Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada
gemas-Mu?
12. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga
kami beroleh hati yang bijaksana.



e-RH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

No comments: