4.08.2009

Sate Kalong

Sate Kalong Urang Cirebon

Jakarta - Daging satainya kecil dibalut bumbu kehitaman disanding dengan satai potongan gajih dan urat dan saus kacang plus kecap. Rasanya manis gurih dengan tekstur kenyal dan kinyil-kinyil enak! Tak terlacak jejak tekstur liat daging kerbau tetapi justru rasa gurih manis yang kuat bercokol di lidah! Nyam... nyam!

Jalan-jalan di malam hari di kota Cirebon memang tak banyak yang bisa dinikmati. Hampir semua toko menutup pintunya terutama di daerah pecinan. Karenanya yang jadi target saya ya cari jajanan malam yang enak dan unik. Jadilah saya menyerahkan tujuan pada abang becak yang urang Cirebon untuk menyusuri daerah Lemah Wungkuk mencari jajanan yang enak.

Di seputaran toko manisan Shinta yang tak berapa terang di malam hari ada banyak gerobak dan warung tenda. Dari ayam goreng, nasi uduk, Chinese food sampai sate kalong. Saya memutuskan untuk duduk lesehan di depan toko yang tutup, di belakang gerobak sate kalong. Di kaca gerobak tertulis 'Sate Kalong, Daging Kerbau'. Meskipun tersedia juga satai kambing.

Sate kalong ini memang tak dibuat dari daging kalong alias Batman tetapi dari daging kerbau. Menurut teman saya dulu biasanya penjualnya berkeliling dengan kelontongan sapi dan karena jualnya malam hari maka disebut 'sate kalong'. Sayang sekali kini tak banyak penjaja keliling dengan suara kelontongan yang khas.

Sambil menunggu pesanan, saya tertarik dengan kesibukan gerobak penjual ayam goreng dan nasi uduk yang ada di sisi kanan. Juga suara wajan dipukul-pukul dan gelitik aroma wangi bawang dari penjual Chinese food di sisi kiri. Tak tahan dengan baunya sayapun memesan seporsi capcay goreng.

Sate kalong daging dan urat disajikan dalam satu piring. Sate kalong tampilannya tak sebesar sate kerbau di Kudus tetapi lebih mungil, waranya kehitaman. Sedangkan satai uratnya warnanya kekuningan dengan potongan kecil yang sama. Saus kacang dan kecap manis menjadi pelengkapnya. Terus terang aroma gurih dan kepulan asap tak terlalu banyak menyerbu udara, hanya lamat-lamat terium dari pangggangan mungil penjualnya.

Gigitan pertama daging kerbau (sebagian penjual mengganti dengan daging sapi) terasa empuk dengan bumbu mirip dendeng (manis dengan aroma bawang putih dan ketumbar). Tak ada yang menonjol gurih-gurih manis biasa. Potongan uratnya juga terasa kinyil-kinyil lentur dengan semburat bawang dan aroma kunyit. Saat dicocol dengan saus kacang terasa sedikit gurih! Tak ada jejak lelehan lemak yang berlebihan, tetapi justru cenderung agak kering.

Kejutan justru saya peroleh dari sepiring cap cay goreng yang saya pesan dari gerobak di sebelah sate kalong ini. Setelah melalui antrean panjang, akhirnya sepiring oval cap cay tampil menggairahkan di meja. Kembang kol, wortel, daun bawang dan sawi putihnya terasa renyah, isinya jugs sangat lengkap; udang, bakso ikan, bakso daging dan 3 iris sedang hipio. Hipio alias perut ikan yang krenyes-krenyes gurih ini meskipun sedikit menjadi aksen kuat si cap cay goreng yang biasanya hanya ada di resto Cina yang besar.

Wah, jangan-jangan si abang penjualnya dulu koki sebuah resto Cina. Saya tak sempat ngobrol karena kesibukannya memasak pesanan makanan yang terus mengantre. Tanpa basa-basi sepiring cap cay yang segar inipun kami tuntaskan. Rasa gurih bawang dan saus tiram beradu cantik membalut racikan cap cay ini!

Malam mulai larut dan dalam cahaya temaram sayapun mengakhiri makan malam. Tak terlalu besar biaya yang saya keluarkan Seporsi sate kalong Rp. 10.000,00 dan seporsi cap cay nan cantik Rp. 15.000,00. Rasanya harganya cukup seimbang dengan rasanya. Lain kali mungkin saya akan menguji rasa masakan si abang capcay dengan mencicipi nasi goreng kepiting racikannya!

Sate Kalong
Jl. Lemah Wungkuk
(tidak jauh dari toko Manisan Shinta, di emperan depan toko yang tutup)
Buka mulai jam 18.00

No comments: